JN NEWS, FLOTIM – Kegiatan Sosialisasi Saving Internal Landing Community (SILC) yang digagas oleh Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) Kabupaten Flores Timur, mendapatkan respons positif dari berbagai kalangan masyarakat. Acara ini berlangsung pada hari Jumat dan Sabtu, 26-27 Juli 2024, di Aula Kantor Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur.
Bendahara SILC Lera Gere, Nikolaus Buto Watu, yang baru saja diangkat, menyebutkan bahwa kegiatan ini adalah implementasi dari tiga pilar Program Increasing Resiliency Through Climate Change Adaptation and Disaster Risk Reduction in Nusa Tenggara Timur. Program ini berfokus pada penguatan ketahanan ekonomi mikro.
“Ini adalah bentuk implementasi dari tiga pilar program tersebut, yakni penguatan ketahanan ekonomi mikro,” ujar Niko Watu, panggilan akrab Nikolaus Buto Watu.
Niko Watu menjelaskan bahwa YPPS bekerja sama dengan CRS-ID untuk menyukseskan program ini. Ia juga menjadi salah satu dari empat orang yang diundang mengikuti pelatihan di Larantuka terkait sosialisasi program tersebut.
“Ya, saya juga diundang baru-baru ini di Larantuka untuk ikut kegiatan sosialisasi program bersama tiga teman lainnya sehingga saya mampu menjelaskannya,” ungkapnya.
Pada awalnya, Niko mengaku tidak tertarik dengan kata “simpan pinjam”. Namun, setelah mengikuti sosialisasi, ia merasa senang dan tertarik, terutama karena program ini sangat bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat yang telah berusia lanjut.
“Saya pada saat awal mendengar kata simpan pinjam merasa tidak tertarik, tapi setelah mengikuti, saya senang dan tertarik, apalagi di usia lanjut seperti saya dan juga teman-teman masyarakat seusia saya,” tambahnya.
Niko Watu berharap agar SILC Lera Gere yang telah dibentuk bisa menjadi tolak ukur dan contoh bagi Pemerintah RT di Desa Boru dalam pembentukan SILC di wilayah masing-masing.
“Saya berharap SILC yang sudah dibentuk ini menjadi motif dan tolak ukur Pemerintah RT di Desa Boru ini juga harus jadi contoh,” ujarnya.
Maria Tresia B. Narek, perwakilan dari YPPS dan CRS-ID sekaligus pemateri dalam sosialisasi SILC, menambahkan bahwa SILC dibentuk dengan tujuan mulia memberikan akses keuangan yang lebih adil dan terjangkau kepada masyarakat.
“Tujuannya tentu memberikan akses keuangan yang adil dan cepat kepada masyarakat,” jelasnya.
Maria Theresia juga menekankan bahwa SILC sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sehingga tidak boleh ada paksaan dalam pembentukannya.
“Saya hanya menyampaikan bahwa pembentukan SILC ini tidak boleh ada paksaan karena itu sangat berlawanan dengan nilai kehidupan,” tegasnya.
Selain itu, SILC bertujuan membantu mengurangi kesenjangan keuangan dan memberikan peluang kepada masyarakat yang kurang mampu. SILC juga mempromosikan produk kelompok yang dibentuk dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan, transparansi, kejujuran, disiplin, dan kemandirian ekonomi sesama anggota kelompok.
“Ya, SILC yang dibentuk mengutamakan nilai kebersamaan seperti akuntabilitas, transparansi, mandiri, disiplin, dan memiliki kendali serta kepuasan yang dapat ditentukan anggota sendiri,” tambah Maria.
SILC juga memberikan pembelajaran positif tentang norma-norma kehidupan dan selalu mendukung prinsip-prinsip inklusi dan kesetaraan, menghilangkan diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, dan faktor lainnya. SILC memberikan rasa nyaman kepada setiap anggota dan membantu anggotanya dalam situasi darurat atau krisis ekonomi dengan dukungan keuangan darurat.
Untuk mewujudkan tata kelola SILC yang benar dan bertanggung jawab, perlu adanya seperangkat aturan yang dibuat secara bersama-sama dan diputuskan secara demokratis oleh anggota dan untuk anggota yang oleh sistem SILC CRS disebut konstitusi yang beranggotakan tujuh orang.
Maria Theresia berharap SILC yang telah dibentuk ini menjadi motivasi, tolak ukur keberhasilan, serta keberlanjutan sampai pada tingkat RT se-Desa Boru.
Reporter: Oskar Liwu
Editor: Marten Kilibatu