JN NEWS, KALTIM – Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur, Akmal Malik, mengajak investor dari Tiongkok untuk berinvestasi dalam pengembangan ekonomi hijau di provinsinya. Ajakan ini disampaikan dalam pertemuan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di Crown Plaza Hotel Tunxi, Anhui, China, pada Kamis (20/6/2024).
Akmal Malik, menyampaikan ajakan terbuka kepada para investor dari Tiongkok untuk berperan serta dalam pengembangan ekonomi hijau di Kalimantan Timur. Ajakan ini dilakukan dalam rangka transformasi ekonomi vertikal dan horizontal yang tengah digalakkan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarukan.
Dalam pidatonya, Akmal Malik menegaskan pentingnya partisipasi investor asing dalam sektor energi hijau. “Kami mengundang investor negara sahabat untuk mengembangkan usaha di sektor energi hijau,” ucapnya.
Ia menekankan bahwa Kalimantan Timur memiliki potensi besar untuk pengembangan hilirisasi bahan galian dan produk pertanian, serta sektor ekonomi kreatif lainnya yang bisa memberikan nilai tambah yang tinggi. Hal ini, menurutnya, akan sangat mendukung keberlanjutan ekonomi provinsi.
Akmal Malik juga menjelaskan bahwa Kalimantan Timur, sebagai produsen energi primer, memiliki sumber daya alam yang melimpah seperti batu bara, minyak, gas, dan kayu. “Tata kelola yang baik terhadap sumber daya alam ini dapat memberikan nilai tambah terhadap komoditi sebelum dipasarkan keluar Kaltim,” tegasnya.
Ia mengungkapkan adanya beberapa proyek investasi yang siap ditawarkan ke pasar global, seperti budidaya udang dan peternakan unggas terintegrasi di Kabupaten Kutai Kartanegara, infrastruktur penyediaan dan pengelolaan air, logistik, pergudangan terintegrasi, serta infrastruktur energi terbarukan.
Selain itu, proyek-proyek lainnya meliputi pengelolaan limbah B3 untuk industri kimia, pembangunan Nusantara Convention Center, manajemen sampah Kota Balikpapan, pembangunan pabrik remah karet di Kutai Barat, pengembangan real estate dan properti, serta pengembangan fasilitas bongkar muat pelabuhan di Kawasan Industri Buluminung, Penajam Paser Utara.
“Hilirisasi kelapa sawit, industri fatty acid dan fatty amine di Bontang,” tambahnya.
Akmal Malik merincikan bahwa lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan berkontribusi sebesar 8,02 persen terhadap perekonomian Kaltim. Sementara itu, lapangan usaha pertambangan dan penggalian menyumbang 43,19 persen, industri pengolahan 17,73 persen, dan konstruksi 10,31 persen. Secara keseluruhan, perekonomian Kaltim tumbuh sebesar 6,22 persen, menempatkan provinsi ini sebagai yang tertinggi di Pulau Kalimantan dengan dominasi 48,38 persen dalam perekonomian regional Kalimantan.
Selain itu, Kalimantan Timur juga memiliki posisi strategis sebagai pintu gerbang negara di jalur perdagangan internasional Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI II). Pertumbuhan ekonomi daerah yang berada di ALKI II, seperti Kaltim, rata-rata berada di atas pertumbuhan ekonomi nasional, dengan kontribusi ekonomi mencapai 13,54 persen. Potensi nilai perdagangan di jalur ini diperkirakan mencapai 1,5 juta USD per hari.
“Dengan potensi dan peluang yang besar ini, kami berharap investor Tiongkok dapat berpartisipasi aktif dalam memajukan ekonomi hijau di Kalimantan Timur,” tutup Akmal Malik.
*Marten Kilibatu | Redaksi