Banner

Pj Gubernur NTT Geram, Konflik Berdarah Adonara Ungkap Kegagalan Pemkab Flotim

By Redaksi Oktober 23, 2024
Oplus_0

JN NEWS, FLOTIM – Penjabat (Pj) Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Andriko Noto Susanto, tak bisa menyembunyikan kekesalannya saat mempertanyakan Sekretaris Daerah (Sekda) Flores Timur, Petrus Pedo Maran, terkait konflik lahan yang berujung bentrokan antarwarga di Kecamatan Adonara Barat, Senin, 21 Oktober 2024.

Insiden ini memicu serangan brutal, melibatkan bom molotov dan senapan angin yang menyebabkan 51 rumah di Desa Bugalima hangus terbakar dan menewaskan seorang lansia yang sedang dalam keadaan sakit stroke. 

Dalam kunjungannya ke lokasi kebakaran pada Rabu, 23 Oktober 2024, Andriko menekan Sekda untuk menjelaskan akar masalah yang menyulut konflik ini. Pedo Maran menjelaskan bahwa ketegangan antara warga Desa Ile Pati dan Desa Bugalima masih memuncak, dengan beberapa kelompok yang memilih jalur kekerasan untuk menyelesaikan sengketa lahan. Namun, ketika Gubernur menggali lebih dalam alasan mengapa metode fisik terus digunakan, Sekda Flores Timur hanya diam, tampak gugup, dan gagal memberikan jawaban yang meyakinkan.

“Tanah?” tanya Andriko, yang dijawab dengan anggukan lemah oleh Sekda. Ketika Andriko melanjutkan dengan, “Mengapa mereka masih menggunakan kekerasan untuk menguasai lahan?” Pedo Maran tetap bungkam, seakan tak mampu mengurai permasalahan di balik kekerasan yang telah merenggut nyawa ini.

Ketegasan Gubernur NTT yang menuntut jawaban lebih konkret mencerminkan kegelisahannya terhadap ketidakmampuan pemerintah daerah dalam mengendalikan konflik yang berkepanjangan ini. Menurut Andriko, tanpa pemahaman yang jelas mengenai penyebab utama konflik, segala upaya untuk menyelesaikannya akan sia-sia.

Setelah meninjau rumah-rumah yang hancur, Andriko menyempatkan diri bertemu dengan para korban di Desa Bugalima, memberikan bantuan berupa makanan, pakaian, dan perlengkapan tidur. Namun, Desa Ile Pati, yang menjadi pihak yang terlibat dalam bentrokan, belum sempat dikunjungi, menyisakan kekhawatiran akan potensi konflik yang lebih besar jika masalah ini tak segera diatasi dengan bijak.

Krisis ini menggambarkan bagaimana sengketa lahan di wilayah Adonara Barat telah menjadi bom waktu yang akhirnya meledak, meninggalkan luka mendalam bagi warga setempat. (MR079)

Editor: Marten Kilibatu

 

Berita Terkait

Close up of a shop sign mock up

Recent News

Populer