Banner

Nyanyian “Rindu Rumah” Anak Pengungsi Pukau Ketua Umum Bhayangkari

By Redaksi November 15, 2024
Seorang anak pengungsi letusan Gunung Lewotobi bernyanyi lagu "rindu rumah" di hadapan Ketua Umum Bhayangkari, Ny. Juliati Sigit Prabowo di posko pengungsian Desa Kobasoma, Flores Timur/foto:jejaknegeri.news

JN NEWS, FLOTIM – Pada Kamis (14/11/2024) siang, langit di Posko Pengungsian Desa Kobasoma menjadi saksi keharuan mendalam yang tak terelakkan. Anak-anak pengungsi korban letusan Gunung Lewotobi menyanyikan lagu penuh rindu, sebuah melodi sederhana yang lahir dari kerinduan akan rumah yang lululantak dihantam bencana alam.

Di hadapan Ketua Umum Bhayangkari, Ny. Juliati Sigit Prabowo, suara kecil itu menggema. Seorang anak lelaki maju dengan keberanian yang nyaris rapuh. Ia mulai melantunkan bait-bait lagu, suaranya jernih namun terdengar berat. Di tengah reffrein, suaranya serak menahan tangis. Hening menyelimuti, seolah setiap orang di posko itu merasakan beban rindu yang sama.

Baca juga: https://jejaknegeri.news/pemerintahan/wapres-gibran-tegaskan-makanan-untuk-pengungsi-letusan-gunung-lewotobi-tercukupi/

Tidak lama, isak tangis mulai terdengar, bukan hanya dari Yohanis, tetapi juga dari anak-anak lainnya. Mereka bernyanyi bersama, menjadikan lirik-lirik sederhana itu sebagai ungkapan duka yang tak mampu mereka ucapkan.

Ny. Juliati, istri Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, tak kuasa menyembunyikan haru. Ia menunduk, matanya tampak berkaca-kaca, merasakan kepedihan anak-anak itu. “Rumah mereka mungkin telah hilang, tetapi harapan mereka harus tetap ada. Mereka adalah masa depan kita,” 

Dalam kunjungannya, istri Kapolri, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo itu membawa alat tulis, camilan, dan mainan untuk anak-anak dan logistik lainnya. Namun lebih dari itu, ia membawa sesuatu yang lebih penting: kepedulian. Ia mengajak anak-anak bercerita, mencoba memancing senyum kecil di tengah duka besar. “Kalian harus tetap kuat, ya. Kalian semua luar biasa,” katanya dengan nada lembut. 

Bagi para pengungsi, terutama anak-anak, nyanyian itu adalah cara mereka menyampaikan pesan yang mungkin tak bisa mereka rangkai dalam kata-kata. Sebuah pesan tentang kehilangan, kerinduan, dan harapan untuk kembali ke tanah yang mereka cintai.

Baca juga: https://jejaknegeri.news/daerah/pvmbg-sebut-letusan-ile-lewotobi-di-luar-perkiraan-manusia-radius-bahaya-diperluas/

Siang itu, meski dihiasi tangis, anak-anak kembali terlihat bermain dengan mainan yang baru mereka dapatkan. Senyum mereka, meski kecil, adalah bukti bahwa harapan masih ada. Kehadiran Ny. Juliati membawa kehangatan di tengah dinginnya malam-malam pengungsian, menjadikan nyanyian itu sebagai penanda semangat yang tak akan pernah padam.

Di tengah luka bencana, suara anak-anak pengungsi mengingatkan kita semua bahwa meski rumah telah hancur, cinta kepada tempat asal tak pernah benar-benar hilang. Itu hidup, terus menyala, di dalam hati kecil mereka yang selalu merindukan pulang.

 

Reporter/Editor: Marten Kilibatu 

Berita Terkait

Close up of a shop sign mock up

Recent News

Populer