JN NEWS, FLOTIM – Upaya pemberdayaan masyarakat oleh Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia terus mendapat apresiasi, terutama melalui kolaborasi dengan berbagai pihak strategis. Salah satu kisah sukses dari kolaborasi ini terlihat pada kemitraan dengan Du’Anyam, sebuah wirausaha sosial yang berfokus pada pemberdayaan perempuan penganyam di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Du’Anyam, yang berpusat di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, telah berdiri sejak 2012 dan berhasil membangun eksistensinya dengan dukungan penuh dari Bank DBS, melalui program DBS Foundation for Impact. Pada hari Jumat (13/04/2024), Du’Anyam menggelar acara pelepasan ekspor produk kerajinan anyaman lontar NTT, yang sekaligus menandai perjalanan sukses mereka dalam industri kerajinan tangan.
Hanna Keraf, Co-Founder & Chief Community Officer Du’Anyam, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada Bank DBS dan DBS Foundation yang telah mendukung penuh wirausaha sosial ini sejak masa awal berdiri hingga masa pandemi.
“Dukungan tidak hanya datang dalam bentuk finansial, tetapi juga berupa pelatihan, mentoring, dan akses ke jaringan internasional,” ungkap Hanna.
Salah satu momen yang paling berkesan, menurut Hanna, adalah ketika para pendiri Du’Anyam mendapatkan akses langsung kepada Direktur Keuangan Bank DBS Singapura. Pengalaman tersebut memberikan banyak wawasan berharga bagi pengembangan bisnis mereka.
“Beliau memperlakukan kami dengan setara dan penuh dedikasi, memberikan ilmu yang sangat berarti bagi kami sebagai wirausaha sosial muda,” tambahnya.
Tak hanya dukungan dari sektor swasta, peran pemerintah pusat dan daerah juga sangat signifikan dalam mendukung kemajuan Du’Anyam. Hanna menyebutkan Samsul Widodo, Staf Ahli Menteri Bidang Hubungan Antar Lembaga Kementerian Desa PDTT, sebagai mentor yang sangat berpengaruh. Sejak 2019, Samsul Widodo aktif memberikan arahan terkait strategi pengembangan ekonomi desa yang menjadi salah satu fondasi keberhasilan Du’Anyam.
Kerja sama dengan pemerintah daerah, khususnya Flores Timur, juga menjadi pilar penting dalam menjaga kelangsungan bahan baku lontar untuk produk anyaman mereka. Dari kepala desa hingga dinas terkait, semua berperan aktif dalam membangun ekosistem yang mendukung keberlanjutan kerajinan tangan ini.
Du’Anyam juga tidak lupa berterima kasih kepada Bank Indonesia cabang NTT, yang turut memberikan pendampingan serta memfasilitasi berbagai pameran untuk mempromosikan produk-produk mereka. “Dengan dukungan Bank Indonesia, produk anyaman kami semakin dikenal di berbagai pameran internasional,” kata Hana.
Melalui kemitraan yang kuat antara pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat lokal, Hana optimistis bahwa produk kerajinan lontar dari NTT akan semakin dikenal di pasar global.
Hana juga berharap bahwa permintaan pasar terhadap kerajinan yang berkelanjutan akan terus meningkat, memberikan manfaat besar bagi masyarakat NTT dan memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional. (*MRT)