Reporter: Albert Cakramento
JN NEWS, SIKKA– Puluhan petugas dan anak-anak dari Panti Asuhan Nativitas melakukan aksi damai pada Kamis, 24 Oktober 2024. Mereka menolak keberadaan Maria Yasinta Kimang, atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Kori, di Yayasan Nativitas. Aksi ini merupakan respons atas permintaan sponsor dari Belgia dan Belanda yang sudah tidak lagi mendukung keberadaan Ibu Kori di yayasan tersebut.
Aksi yang dimulai di Lapangan Kota Baru ini bergerak menuju beberapa instansi penting, termasuk Keuskupan Maumere, Dinas Sosial, dan berakhir di kantor Yayasan Nativitas yang berlokasi di Jalan Kimang Buleng, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka. Melibatkan enam panti asuhan di bawah naungan Yayasan Nativitas, aksi ini berakhir dengan pengeluaran barang-barang milik Ibu Kori dari kantor yayasan.
Alasan Penolakan: Permintaan Sponsor dan Dugaan Penyalahgunaan Dana
Margareta Nas, Koordinator Aksi, dalam pernyataannya menjelaskan bahwa penolakan anak-anak panti asuhan didasarkan pada permintaan resmi dari sponsor Belgia-Belanda. Menurutnya, sponsor tersebut telah mengomunikasikan ketidakpercayaan mereka terhadap Ibu Kori, baik melalui email maupun pertemuan daring (Zoom) dengan seluruh pengurus Yayasan Nativitas.
“Sponsor sudah tidak mempercayai Ibu Kori lagi dan meminta agar dia segera meninggalkan yayasan. Mereka bersedia kembali mendanai kebutuhan anak-anak panti, mulai dari makanan, kesehatan, hingga pendidikan, jika Ibu Kori tidak lagi terlibat,” jelas Margareta.
Lebih lanjut, Margareta menambahkan bahwa selama Ibu Kori masih berada di yayasan, anak-anak mengalami kesulitan dalam mendapatkan makanan dan kebutuhan dasar lainnya.
“Segala sesuatu yang seharusnya menjadi tanggung jawab pengurus telah diambil alih secara sepihak oleh Ibu Kori, yang menyebabkan penyalahgunaan keuangan yayasan,” ujarnya.
Dewan Pengawas dan Konflik Internal Yayasan
Gabriel Gleko, anggota Dewan Pengawas Yayasan Nativitas, mengungkapkan bahwa konflik internal di yayasan ini sudah berlangsung lama.
“Saya sebagai pengawas sudah berulang kali meminta diadakannya rapat gabungan untuk membahas masalah ini, tapi selalu ditolak oleh anggota dewan pembina lainnya,” katanya dengan heran.
Gleko juga menyinggung beberapa kasus yang menambah buruk citra yayasan, termasuk dugaan video asusila dan penelantaran anak-anak, namun menurutnya, kasus-kasus tersebut seperti diabaikan oleh sebagian besar pengurus yayasan.
Tokoh Masyarakat Soroti Penelantaran Anak
Firmus Pilin Raja, tokoh masyarakat dari Watublapi, turut menyampaikan kekecewaannya terkait situasi di Yayasan Nativitas. Ia menyesalkan bahwa anak-anak asuhan yang seharusnya menjadi prioritas, justru terabaikan.
“Karya Mama Belgia ini adalah suatu karya mulia yang harus kita lanjutkan bersama demi kepentingan anak-anak, bukan untuk memperkaya diri sendiri. Nativitas hadir untuk anak-anak yatim piatu, para janda, orang buta, dan mereka yang hidup berkekurangan, bukan untuk kepentingan oknum-oknum tertentu,” ungkap Firmus.
Aksi damai ini mencerminkan keresahan mendalam dari para penghuni panti dan masyarakat luas, yang berharap Yayasan Nativitas dapat kembali pada tujuan awalnya sebagai tempat perlindungan dan pembinaan bagi mereka yang membutuhkan.
Editor: Marten Kilibatu